Siapa Calon Pengganti Hosni Mubarak?

Sabtu, 12 Februari 2011
Mauluddin Anwar
04/02/2011 18:22
Liputan6.com, Jakarta: Gelombang unjuk rasa menuntut Presiden Hosni Mubarak berlanjut dan makin memanas. Kini, yang menjadi pertanyaan banyak kalangan siapa yang akan memimpin Mesir sesudah era Mubarak?

Jika tidak ada gelombang unjuk rasa, Mubarak sebenarnya sudah menyiapkan kandidat penggantinya. Melalui Partai Nasional Demokrat yang menyokong kekuasaannya, Mubarak menghendaki anaknya, Gamal, sebagai kandidat utama. Gamal saat ini menjabat sekjen partai berkuasa tersebut. Tapi, rencana penunjukan Gamal sebagai penggantinya, justru menjadi salah satu pangkal kemuakan rakyat yang kini menuntut Mubarak mundur.

Kini, Mubarak menyiapkan kandidat lain, yaitu Umar Sulaiman yang beberapa hari lalu ditunjuknya sebagai wakil presiden. Selain petinggi militer, Umar juga mantan kepala badan intelijen yang sosoknya bisa diterima Amerika Serikat dan Israel, dua negara yang menjadi sekutu dekat Mubarak.

Selain Umar Sulaiman, ada petinggi militer lain yang baru saja diangkat Mubarak sebagai perdana menteri, yaitu Ahmad Syafiq. Syafiq pernah memegang sejumlah jabatan penting di kabinet Mubarak, termasuk menteri penerbangan sipil. 

Tapi, para pengunjuk rasa tidak menerima sosok Umar Sulaiman maupun Ahmad Syafiq karena keduanya masih bagian dari rezim Mubarak. Hanya saja, di kalangan oposisi juga tidak ada calon kuat serta kharismatik yang dianggap mampu memegang tampuk kekuasaan. Dari empat partai oposisi yang selama ini menentang rezim Mubarak, yaitu Ikhwanul Muslimin, Al-Wafd, Al-Ghad, serta Partai Nasseris, hanya satu sosok yang relatif dikenal. 

Ia adalah Doktor Ayman Nour, Ketua Partai Al-Ghad. Ayman pernah beberapa tahun ditahan karena menentang Mubarok dan pernah mencalonkan diri jadi presiden Mesir. Namun demikian, Ayman Nour bukanlah sosok kharismatis dan kuat.

Yang patut dicatat, gelombang unjuk rasa di Mesir tak semata digerakkan partai-partai oposisi. Sebagian besar para pengunjuk rasa adalah anak-anak muda yang lahir di era Mubarak dan tidak berafiliasi pada partai tertentu. Ketidaksukaan mereka pada Mubarak tersalurkan setelah mendapat inspirasi dari gelombang unjuk rasa warga Tunisia menumbangkan Presiden Zainal Abidin bin Ali.

Di tengah gelombang unjuk rasa itu, muncul sosok Muhammad Al-Barad'i atau Al-Baradai. Ia mantan mantan ketua Badan Atom Internasional dan peraih nobel perdamaian. Melalui lembaga yang dipimpinnya, Lembaga Nasional untuk Perubahan, Al-Baradai kerap menggaungkan reformasi dari luar Mesir. Sosok Al-Baradai dianggap dapat diterima semua pihak, baik kelompok oposisi maupun negara-negara barat sekutu Mesir.

Meski menyatakan siap memimpin, Al-Baradai bersikap realistis. Jika Mubarak mundur, Al-Baradai mengajukan pembentukan Dewan Kepresidenan yang terdiri dari dua orang sipil serta seorang militer. Selama masa transisi, Umar Sulaiman menjabat presiden sementara sambil menyiapkan pemilu berdasarkan konstitusi yang sudah diamandemen.

Kini pertanyaannya, akankah Mubarak mundur atau tetap bertahan hingga pemilu September mendatang?. Sebagian besar pengamat di Timur Tengah mengatakan, itu sangat bergantung pada sikap militer. Jika militer Mesir ikut menekan Mubarak untuk mundur, maka presiden yang sudah berkuasa 30 tahun itu akan segera meletakkan jabatannya.(BOG)

1 komentar:

Diky mengatakan...

Saya boleh daftar bro??? okelah lanjut..

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Oes blog